Codot
Siang itu aku berjalan
dari bengkel bersama Rahma. Tiba- tiba aku dikejutkan teriakan Lala di bawah
pohon akasia. Ia berteriak-teriak histeris sambil melihat ke pohon. Kulihat wajahnya pucat dan seperti
orang ketakutan. Kami pun segera berlari mendekat Lala dan kutanya apa yang
terjadi.
Tangan Lala menunjuk ke
pohon. Rupanya di pohon terlihat kelelawar/ codot menempel di kulit pohon.
Kusentuh pakai kayu. Ia tidak bergerak. Lama kutarik pakai kayu. Akhirnya
kelelawar itu terjatuh. Ternyata ia pun sudah mati.
Kemudian Rahma dan Lala
menarik tanganku untuk pergi meninggalkan pohon akasia dan menuju ruang kelas
karena pasti kami terlambat, dan kalau terlambat pasti dimarahi guru. Tapi aku kasihan melihat codot itu
tergeletak begitu saja di tanah. Bisa jadi bangkai codot itu nanti dimakan
anjing atau menyebarkan penyakit.
Terjadinya perdebatan
perlu tidaknya merawat bangkai codot itu. Kukatakan kepadanya biarpun ia seekor
kelelawar, ia adalah ciptaan Tuhan. Kita tidak menghargai bangkai kelelawar itu
tetapi kita menghormati ciptaan Tuhan. Semula Rahma dan Lala tetap ngotot untuk
membiarkan bangkai kelelawar itu, tetapi setelah kuberi pengertian bagaimana
kalau itu terjadi pada diri kita dan siapa yang merawatnya akhirnya kami
sepakat untuk mengubur bangkai codot itu sewajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar