Sabtu, 15 Februari 2014



Codot
Siang itu aku berjalan dari bengkel bersama Rahma. Tiba- tiba aku dikejutkan teriakan Lala di bawah pohon akasia. Ia berteriak-teriak histeris sambil melihat  ke pohon. Kulihat wajahnya pucat dan seperti orang ketakutan. Kami pun segera berlari mendekat Lala dan kutanya apa yang terjadi.
Tangan Lala menunjuk ke pohon. Rupanya di pohon terlihat kelelawar/ codot menempel di kulit pohon. Kusentuh pakai kayu. Ia tidak bergerak. Lama kutarik pakai kayu. Akhirnya kelelawar itu terjatuh. Ternyata ia pun sudah mati.
Kemudian Rahma dan Lala menarik tanganku untuk pergi meninggalkan pohon akasia dan menuju ruang kelas karena pasti kami terlambat, dan kalau terlambat pasti dimarahi  guru. Tapi aku kasihan melihat codot itu tergeletak begitu saja di tanah. Bisa jadi bangkai codot itu nanti dimakan anjing atau menyebarkan penyakit.
Terjadinya perdebatan perlu tidaknya merawat bangkai codot itu. Kukatakan kepadanya biarpun ia seekor kelelawar, ia adalah ciptaan Tuhan. Kita tidak menghargai bangkai kelelawar itu tetapi kita menghormati ciptaan Tuhan. Semula Rahma dan Lala tetap ngotot untuk membiarkan bangkai kelelawar itu, tetapi setelah kuberi pengertian bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita dan siapa yang merawatnya akhirnya kami sepakat untuk mengubur bangkai codot itu sewajarnya.

Menghargai ciptaan Tuhan apapun bentuknya merupakan manifestasi iman kita kepada Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar